Semua orang tua tentunya ingin anaknya menjadi seseorang yang sukses
dan berguna ketika dewasa kelak. Untuk menjadi sukses, beberapa sifat
wajib yang harus dimiliki antara lain percaya diri, sifat kepemimpinan
dan berani menerima tantangan.
Dr Tim Elmore, penulis puluhan buku tentang tumbuh kembang anak, karir dan pendiri organisasi Growing Leader membagi pengetahuannya kepada Forbes, dan dikutip detikHealth pada Kamis (13/3/2014). Menurutnya, beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua agar anaknya tumbuh menjadi pemimpin antara lain:
Dr Tim Elmore, penulis puluhan buku tentang tumbuh kembang anak, karir dan pendiri organisasi Growing Leader membagi pengetahuannya kepada Forbes, dan dikutip detikHealth pada Kamis (13/3/2014). Menurutnya, beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua agar anaknya tumbuh menjadi pemimpin antara lain:
1. Temukan Mentor yang Tepat
Semangat ingin menjadi orang tua yang baik tidak harus dilakukan
dengan menjadikan diri Anda sebagai contoh bagi mereka. Tak sedikit
orang tua yang merasa bahwa dirinya harus dijadikan contoh oleh anak.
Padahal tidak semua anak merasa seperti itu. Sebagai contoh, profesi
Anda yang seorang karyawan tentunya tidak bisa memberikan saran dan
masukan jika anak ingin menjadi atlet sepakbola bukan?
Cara paling aman adalah menemukan rekan atau kenalan Anda yang memiliki pekerjaan atau latar belakang pendidikan yang diminati anak. Anda bisa mengajaknya berkunjung ke rumahnya atau bahkan ke tempat kerjanya. Selain memberi anak ruang untuk belajar, Anda juga tentunya menjaga silaturahmi dengan rekan Anda tersebut.
Cara paling aman adalah menemukan rekan atau kenalan Anda yang memiliki pekerjaan atau latar belakang pendidikan yang diminati anak. Anda bisa mengajaknya berkunjung ke rumahnya atau bahkan ke tempat kerjanya. Selain memberi anak ruang untuk belajar, Anda juga tentunya menjaga silaturahmi dengan rekan Anda tersebut.
2. Tumbuhkan Pola Pikir Berkembang
"Salah satu kesalahan dasar yang paling sering dilakukan oleh
orang tua adalah orientasi kepada hasil. Anak yang mencontek tetap akan
dipuji bila mendapat nilai 100. Sementara yang tidak mencontek tetap
akan dimarahi jika nilainya 50" papar Dr Elmore.
Untuk itu Dr Elmore menyarankan agar para orang tua merubah pola lama tersebut. Daripada memuji hasil akhir anak, lebih baik jika orang tua memuji bagaimana proses anak mencapai hal tersebut. Dengan begitu, anak akan belajar tentang bagaimana menghadapi kegagalan. Selain itu, jika orang tua lebih memperhatikan proses ketimbang hasil, anak akan menjadi lebih berani dan percaya diri untuk mencoba hal-hal baru.
Untuk itu Dr Elmore menyarankan agar para orang tua merubah pola lama tersebut. Daripada memuji hasil akhir anak, lebih baik jika orang tua memuji bagaimana proses anak mencapai hal tersebut. Dengan begitu, anak akan belajar tentang bagaimana menghadapi kegagalan. Selain itu, jika orang tua lebih memperhatikan proses ketimbang hasil, anak akan menjadi lebih berani dan percaya diri untuk mencoba hal-hal baru.
3. Temukan Bakat Mereka
Semua anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Tugas Anda sebagai orang tualah yang membantu menemukan kelebihannya.
Selain itu, dukungan moril dari orang tua agar anak mengasah bakatnya
lebih jauh sangat diperlukan.
"Anak akan merasa lebih aman dan tenang jika orang tuanya mendukung apa yang mereka inginkan," papar Dr Elmore.
"Anak akan merasa lebih aman dan tenang jika orang tuanya mendukung apa yang mereka inginkan," papar Dr Elmore.
4. Kembangkan Sifat Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah salah satu ciri utama seorang pemimpin.
Anda dapat mengasah anak agar berpikir kritis dengan menanyakan apa yang
akan mereka lakukan jika mereka berada si suatu posisi tertentu.
Tak usah dimulai dengan tema politik atau peristiwa yang terlalu sulit. Anda bisa mengambil topik dari buku cerita atau bahkan kartun yang sedang ditonton anak. Pertanyaan sederhana seperti "Jika kamu ada di posisi si kucing, apa yang akan kamu lakukan?" dapat memancing anak untuk berpikir secara kritis, seklaigus mengajarinya bagaimana memecahkan suatu masalah.
Tak usah dimulai dengan tema politik atau peristiwa yang terlalu sulit. Anda bisa mengambil topik dari buku cerita atau bahkan kartun yang sedang ditonton anak. Pertanyaan sederhana seperti "Jika kamu ada di posisi si kucing, apa yang akan kamu lakukan?" dapat memancing anak untuk berpikir secara kritis, seklaigus mengajarinya bagaimana memecahkan suatu masalah.
5. Aktif di Pertemuan Sosial
Era digital membuat anak menghabiskan sebagian besar waktunya
dengan menggunakan gadget elektronik. Jika tak diawasi dengan baik,
mereka akan kehilangan kemampuan untuk melakukan pembicaraan face to face yang merupakan modal besar untuk menjadi pemimpin.Cara mengatasinya antara lain dengan mengajak anak mengikuti Anda ke pertemuan sosial, arisan, atau kegiatan lain dengan banyak orang. Pancing dia untuk berinteraksi dengan siapaun, termasuk teman Anda ataupun anak mereka. Tak harus dalam waktu yang lama, namun yang terpenting adalah Anda dapat menjauhkan anak dari gadgetnya untuk sementara.
6. Perluas Wawasan Anak
Dengan berkembangnya era teknologi informasi, tentunya akan lebih mudah mendapatkan informasi melalui internet atau online. Maksimalkan waktu online anak dengan cara mendorongnya untuk membaca artikel atau melihat video yang dapat mengembangkan wawasan.
"Tak harus kartun atau animasi, Anda dapat mengajaknya menonton video yang berhubungan dengan alam atau kawasan tertentu. Sehingga ia akan mengetahui bahwa hutan amazon terletak di Brazil dan Tembok Cina dapat terlihat dari luar angkasa," ungkap Dr Elmore.
7. Tingkatkan Kecerdasan Emosional
Salah satu permasalahan besar yang mengancam di era globalisasi ini adalah meningkatnya individualisme. Tentunya, sifat individualis tidak akan mendukung anak Anda untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Ajak anak untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Cara mudahnya adalah dengan mengajak anak untuk ikut kerja bakti atau kegiatan sosial lain yang biasa Anda lakukan. Dengan begitu ia akan merasakan langsung bagaimana rasanya berbagi, menolong, dan bekerjasama dengan orang lain.
"IQ memang penting, namun yang patut diingat adalah EQ lebih berguna di kehidupannya kelak," ujar Dr Elmore.
health.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar