Kabut asap di Provinsi
Riau, Kamis (13/3/2014), mencapai kondisi yang terburuk. Ketebalan kabut
asap demikian luar biasa sehingga semua bangunan di Pekanbaru tidak
kelihatan lagi dari jarak 100 meter. Pekanbaru seperti menghilang dari
penglihatan normal.
”Inilah kabut asap paling parah yang pernah
ada di Riau. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus mengambil alih
pengendalian kebakaran. Satgas Penanggulangan Bencana Asap Riau dan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana tidak mampu lagi,” kata Ketua
Lembaga Adat Melayu Riau Al Azhar, Kamis, di Pekanbaru.
Menurut budayawan Riau itu, ”Satgas bencana bukan tidak bekerja, melainkan belum berbuat secara masif.”
Satgas
Penanggulangan Bencana Asap Riau merasa pesimistis. Petinggi satgas
acap kali mengharapkan hujan besar datang agar penderitaan rakyat Riau
akibat kabut asap berakhir.
Ketua Satgas Penegakan
Hukum Penanggulangan Bencana Asap Riau Brigadir Jenderal (Pol) Condro
Kirono, Kamis, dalam rapat evaluasi tanggap darurat, menginginkan adanya
pesawat jenis BE-200 buatan Rusia yang bisa membawa 20.000 liter air
sekali angkut. Bahkan, Riau perlu memiliki pesawat itu.
Dalam
laporan Operasi Tanggap Darurat periode pertama 27 Februari-12 Maret
2014, lanjut Condro, satgas melakukan pengeboman air sebanyak 1,13 juta
liter air dengan memakai tujuh helikopter. Satgas juga menebar
7,9 ton garam untuk menyemai awan hujan. Satgas mengklaim memadamkan
lebih dari 10.000 hektar lahan dan hutan yang terbakar. Namun, kabut
asap tetap pekat, bahkan kian pekat.
Komandan Pangkalan Udara TNI
AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Kolonel (Pnb) Andyawan menambahkan,
sejak Rabu, Satgas Udara Penanggulangan Bencana Asap tidak mampu terbang
menembus ketebalan asap. Rabu, cuaca buruk, dan Kamis kondisinya lebih
buruk lagi.
”Kami hanya dapat standby di posko. Tak ada yang dapat terbang dalam cuaca seperti ini,” ujarnya.
Wali Kota Pekanbaru Firdaus, Kamis, kembali memperpanjang masa libur siswa TK sampai SMA hingga Sabtu besok.
Tiga provinsi terdampak
Pekatnya
kabut asap di Riau juga berdampak ke tiga provinsi di sekitarnya, yakni
Sumatera Selatan, Jambi, dan Sumatera Barat. Tiga provinsi itu, Kamis,
menetapkan siaga kabut asap.
Kabut asap terpantau di Kota
Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
Posko penanggulangan kabut asap juga didirikan di provinsi itu.
Kabut
asap juga terjadi di Jambi akibat kebakaran lahan gambut di kawasan
Taman Nasional Berbak, Jambi. Nurasman, Kepala Seksi Balai Taman
Nasional Berbak, Kamis, mengakui, pemadaman belum berjalan karena sumber
air jauh dari lokasi api.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, di Padang, Kamis, memberlakukan status siaga darurat asap di provinsi itu.
Adapun penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno- Hatta, ke Pekanbaru, Padang, Jambi, dan Palembang sebagian dibatalkan.
regional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar